Setelah
minggu lalu saya menjelaskan tentang penalaran induktif, kali ini saya akan
menjelaskan apa itu penalaran deduktif.
Penalaran
deduktif
Penalaran
deduktif menggunakan bentuk bernalar deduksi. Deduksi yang berasal dari kata de
dan ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan
yang lebih umum. Perihal khusus tersebut secara implisit terkandung dalam yang
lebih umum. Maka, deduksi merupakan proses berpikir dari pengetahuan umum ke
individual.
Penalaran
deduktif adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk
menarik kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan kesimpulan
merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut. Artinya, apa yang dikemukakan
dalam kesimpulan sudah tersirat dalam premisnya. Jadi, proses deduksi
sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan pernyataan atau
kesimpulan yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.
Contoh klasik
dari penalaran deduktif :
-
Semua
makhluk hidup pasti mati (premis mayor)
-
Semut
adalah makhluk hidup (premis minor)
-
Semut
pasti mati (kesimpulan)
Penalaran
deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan
membawa kita kepada hasil yang salah dan premis yang tidak tepat juga akan
menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat. Alternatif dari penalaran deduktif
adalah penalaran induktif.
Penarikan
kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak
langsung.
Penarikan
simpulan secara langsung
Simpulan
secara langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis. Premis
yaitu prosisi tempat menarik simpulan. Jenis penalaran deduksi dengan penarikan
simpulan secara langsung, yaitu:
a. Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh: Semua manusia mempunyai
rambut. (premis)
Sebagian yang mempunyai rambut
adalah manusia. (simpulan)
b. Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P.
(simpulan)
Contoh: Semua pistol adalah senjata
berbahaya. (premis)
Tidak satu pun pistol adalah senjata
tidak berbahaya. (simpulan)
c. Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh: Tidak seekor pun gajah
adalah jerapah. (premis)
Semua gajah adalah bukan jerapah.
(simpulan)
d. Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu-pun S adalah tak P.
(simpulan)
Tidak satu-pun tak P adalah S.
(simpulan)
Contoh : Semua kucing adalah
berbulu. (premis)
Tidak satu pun kucing adalah
takberbulu. (simpulan)
Tidak satupun yang takberbulu adalah
kucing. (simpulan)
Penarikan
simpulan secara tidak langsung
Untuk
penarikan simpulan secara tidak langsung diperlukan dua premis sebagai data.
Dari dua premis tersebut akan menghasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama
adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang
bersifat khusus. Jenis penalaran deduksi dengan penarikan simpulan tidak
langsung, yaitu:
a.
Silogisme
Silogisme merupakan suatu proses
penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme adalah penarikan konklusi
secara deduktif tidak langsung yang konklusinya ditarik dari premis yang
disediakan sekaligus. Pernyataan yang mendukung silogisme ini disebut sebagai
premis yang kemudian dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor.
Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif
berdasarkan kedua premis. Silogisme terdiri
dari 3 macam :
1. Silogisme
Kategorial, yaitu silogisme yang disusun berdasarkan klasifikasi premis dan
kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan
disebut premis mayor(My), sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan
disebut premis minor(Mn).
Contoh
My: Semua
binatang carnivora pemakan daging dan
bukan pemakan rumput.
Mn: Singa
merupakan binatang carnivora.
Jadi, singa
adalah binatang yang pemakan daging dan bukan pemakan rumput.
2. Silogisme
Hipotisme, yaitu silogisme yang terdiri dari premis mayor yang berproposisi
kondisional hipotesis. Artinya, bila premis minornya membenarkan antenseden,
simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak antenseden, simpulannya
juga menolak konsekuen.
Contoh
My: Jika Budi
mendapat nilai E, maka tidak lulus.
Mn: Budi
mendapat nilai E
Jadi, Budi tidak
lulus.
3.
Silogisme
Alternatif yaitu silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternative. Artinya, bila premis minornya membenarkan salah satu
alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternative yang lain.
Contoh
My: Tono makan
sate atau roti.
Mn: Tono makan
roti.
Jadi, Tono tidak
makan sate.
b.
Entimen
Bentuk yang
biasa ditemukan dan dipakai ialah bentuk entimen. Entimen ini pada dasarnya
adalah silogisme. Silogisme ini jarang dikemukakan dalam kehidupan sehari-hari
baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan
simpulan, tetapi di dalam entimen salahsatu premisnya dihilangkan/tidak
diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh
Mencuri adalah
dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat di atas
dapat dipenggal menjadi dua:
a) Mencuri
adalah dosa.
b) Karena mencuri
dapat merugikan orang lain.
Kalimat a)
merupakan kesimpulan sedangkan kalimat b) adalah premis minor(karena bersifat
khusus. Maka silogisme dapat disusun
My : -
Mn : mencuri
merugikan orang lain.
Jadi, mencuri
adalah dosa.
Dalam silogisme
diatas, premis yang dihilangkan adalah premis mayor. Untuk melengkapinya harus
diingat bahwa premis mayor selalu bersifat umum jadi, tidak mungkin subjeknya
“mencuri”. Dan untuk menemukan premis mayornya kita dapat menalar kembali
seperti: “Perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa.”
Contoh lain
Semua
ilmuwan adalah orang cerdas
Anto adalah
seorang ilmuwan.
Jadi, Anto
adalah orang cerdas.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya,
entimen juga dapat dijadikan silogisme.
Sumber :
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
H.Abu . 1998 . psikologi Umum . jakarta : PT Rineka Cipta
Ambarwati,
Sri Bahasa Indonesia untuk SMA / MA kelas X semester genap. Klaten ,
Jawa Tengah : CV Viva Pakarindo
Arifin, Zaenal, E. dan S.Amran Tasai.2009.Cermat
Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.Jakarta: Akademika Pressindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar