Minggu, 14 Oktober 2012

Penalaran Deduktif

Setelah minggu lalu saya menjelaskan tentang penalaran induktif, kali ini saya akan menjelaskan apa itu penalaran deduktif.

Penalaran deduktif
Penalaran deduktif menggunakan bentuk bernalar deduksi. Deduksi yang berasal dari kata de dan ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum. Perihal khusus tersebut secara implisit terkandung dalam yang lebih umum. Maka, deduksi merupakan proses berpikir dari pengetahuan umum ke individual.

Penalaran deduktif adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan kesimpulan merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut. Artinya, apa yang dikemukakan dalam kesimpulan sudah tersirat dalam premisnya. Jadi, proses deduksi sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan pernyataan atau kesimpulan yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.

Contoh klasik dari penalaran deduktif :
-          Semua makhluk hidup pasti mati (premis mayor)
-          Semut adalah makhluk hidup (premis minor)
-          Semut pasti mati (kesimpulan)

Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat. Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif.
Penarikan kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak langsung.

Penarikan simpulan secara langsung
Simpulan secara langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis. Premis yaitu prosisi tempat menarik simpulan. Jenis penalaran deduksi dengan penarikan simpulan secara langsung, yaitu:

a.       Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)

Contoh: Semua manusia mempunyai rambut. (premis)
Sebagian yang mempunyai rambut adalah manusia. (simpulan)

b.      Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)

Contoh: Semua pistol adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun pistol adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)

c.       Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)

Contoh: Tidak seekor pun gajah adalah jerapah. (premis)
Semua gajah adalah bukan jerapah. (simpulan)

d.      Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu-pun S adalah tak P. (simpulan)
Tidak satu-pun tak P adalah S. (simpulan)

Contoh : Semua kucing adalah berbulu. (premis)
Tidak satu pun kucing adalah takberbulu. (simpulan)
Tidak satupun yang takberbulu adalah kucing. (simpulan)

Penarikan simpulan secara tidak langsung
Untuk penarikan simpulan secara tidak langsung diperlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis tersebut akan menghasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus. Jenis penalaran deduksi dengan penarikan simpulan tidak langsung, yaitu:

a.      Silogisme
Silogisme merupakan suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme adalah penarikan konklusi secara deduktif tidak langsung yang konklusinya ditarik dari premis yang disediakan sekaligus. Pernyataan yang mendukung silogisme ini disebut sebagai premis yang kemudian dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis. Silogisme terdiri dari 3 macam :

1.  Silogisme Kategorial, yaitu silogisme yang disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor(My), sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor(Mn).
Contoh
My: Semua binatang carnivora pemakan daging  dan bukan pemakan rumput.
Mn: Singa merupakan binatang carnivora.
Jadi, singa adalah binatang yang pemakan daging dan bukan pemakan rumput.

2.     Silogisme Hipotisme, yaitu silogisme yang terdiri dari premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Artinya, bila premis minornya membenarkan antenseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak antenseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh
My: Jika Budi mendapat nilai E, maka tidak lulus.
Mn: Budi mendapat nilai E
Jadi, Budi tidak lulus.

3.      Silogisme Alternatif yaitu silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternative. Artinya, bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternative yang lain.
Contoh
My: Tono makan sate atau roti.
Mn: Tono makan roti.
Jadi, Tono tidak makan sate.
 


b.      Entimen
Bentuk yang biasa ditemukan dan dipakai ialah bentuk entimen. Entimen ini pada dasarnya adalah silogisme. Silogisme ini jarang dikemukakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan, tetapi di dalam entimen salahsatu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh
Mencuri adalah dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi dua:
a) Mencuri adalah dosa.
b) Karena mencuri dapat merugikan orang lain.

Kalimat a) merupakan kesimpulan sedangkan kalimat b) adalah premis minor(karena bersifat khusus. Maka silogisme dapat disusun
My : -
Mn : mencuri merugikan orang lain.
Jadi, mencuri adalah dosa.
Dalam silogisme diatas, premis yang dihilangkan adalah premis mayor. Untuk melengkapinya harus diingat bahwa premis mayor selalu bersifat umum jadi, tidak mungkin subjeknya “mencuri”. Dan untuk menemukan premis mayornya kita dapat menalar kembali seperti: “Perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa.”
Contoh lain
Semua ilmuwan adalah orang cerdas
Anto adalah seorang ilmuwan.
Jadi, Anto adalah orang cerdas.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, entimen  juga dapat dijadikan silogisme.


Sumber :


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H.Abu . 1998 . psikologi Umum . jakarta : PT Rineka Cipta
Ambarwati, Sri  Bahasa Indonesia untuk SMA / MA kelas X semester genap. Klaten , Jawa Tengah : CV Viva Pakarindo
Arifin, Zaenal, E. dan S.Amran Tasai.2009.Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.Jakarta: Akademika Pressindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar