ANALISIS LAPORAN KEUANGAN VOLKSWAGEN
Disusun oleh :
Bahesti (21210313)
Fauziah Nisaa (22210659)
Ira Paramita (23210585)
Novi Sayekti (25210059)
Oky Bermas (25210271)
Bahesti (21210313)
Fauziah Nisaa (22210659)
Ira Paramita (23210585)
Novi Sayekti (25210059)
Oky Bermas (25210271)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2014
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Pada umumnya perusahaan didirikan dengan
tujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan
tersebut dibutuhkan dana dan kemampuan di dalam pengelolaannya. Berhasil
tidaknya usaha pengelolaan sangat bergantung pada kemampuan manajemen
dalam mengelola sumber dan potensi modal kerja perusahaan tersebut.
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keadaan keuangan suatu perusahaan dapat menggunakan suatu alat pengukur, yaitu rasio. Rasio ini digunakan untuk menganalisis atau menginterpretasikan data keuangan dengan jalan menghubungkan elemen-elemen dari berbagai aktiva dan pasiva serta pos-pos perhitungan laba/rugi pada laporan keuangan. Analisis atas laporan keuangan tersebut akan menggambarkan kondisi finansial perusahaan, antara lain mengetahui posisi likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan rentabilitas perusahaan.
Analisis rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang jatuh tempo. Adanya analisis rasio likuiditas akan berguna bagi pihak manajemen untuk menarik kepercayaan para kreditor untuk memberikan kredit atau pinjaman. Selain itu, rasio ini juga dapat digunakan untuk menganalisis penggunaan modal kerja dalam pembiayaan kegiatan operasi perusahaan. Analisis solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan. Dengan kata lain, solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan rasio rentabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Hasil analisis tersebut penting artinya bagi pimpinan perusahaan sebagai dasar dalam rangka penyusunan rencana yang lebih baik, perbaikan sistem pengawasan dan penentuan kebijaksanaan yang lebih tepat di masa yang akan datang. Bagi pihak manajemen akan dapat mengetahui hasil dan perkembangan yang dicapai serta kegagalan yang diderita pada tahun sebelumnya maupun tahun yang sedang berjalan.
Tidak hanya pihak pimpinan perusahaan dan manajemen perusahaan yang tertarik terhadap hasil angka rasio finansial, tetapi kreditor baik jangka panjang maupun jangka pendek serta pemegang saham yang akhirnya atau setidak-tidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa yang akan datang.
Menyadari betapa pentingnya kinerja keuangan untuk menghasilkan laba perusahaan,
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keadaan keuangan suatu perusahaan dapat menggunakan suatu alat pengukur, yaitu rasio. Rasio ini digunakan untuk menganalisis atau menginterpretasikan data keuangan dengan jalan menghubungkan elemen-elemen dari berbagai aktiva dan pasiva serta pos-pos perhitungan laba/rugi pada laporan keuangan. Analisis atas laporan keuangan tersebut akan menggambarkan kondisi finansial perusahaan, antara lain mengetahui posisi likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan rentabilitas perusahaan.
Analisis rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang jatuh tempo. Adanya analisis rasio likuiditas akan berguna bagi pihak manajemen untuk menarik kepercayaan para kreditor untuk memberikan kredit atau pinjaman. Selain itu, rasio ini juga dapat digunakan untuk menganalisis penggunaan modal kerja dalam pembiayaan kegiatan operasi perusahaan. Analisis solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan. Dengan kata lain, solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan rasio rentabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Hasil analisis tersebut penting artinya bagi pimpinan perusahaan sebagai dasar dalam rangka penyusunan rencana yang lebih baik, perbaikan sistem pengawasan dan penentuan kebijaksanaan yang lebih tepat di masa yang akan datang. Bagi pihak manajemen akan dapat mengetahui hasil dan perkembangan yang dicapai serta kegagalan yang diderita pada tahun sebelumnya maupun tahun yang sedang berjalan.
Tidak hanya pihak pimpinan perusahaan dan manajemen perusahaan yang tertarik terhadap hasil angka rasio finansial, tetapi kreditor baik jangka panjang maupun jangka pendek serta pemegang saham yang akhirnya atau setidak-tidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa yang akan datang.
Menyadari betapa pentingnya kinerja keuangan untuk menghasilkan laba perusahaan,
BAB II
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
2.1 Laporan Keuangan
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Kita dapat mengetahui suatu perusahaan berkembang atau tidaknya dengan cara melihat kondisi keuangannya, sedangkan kondisi keuangan itu sendiri dapat dilihat dari laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan tersebut. Adapun pengertian laporan keuangan itu sendiri menurut beberapa pakar ekonomi adalah sebagai berikut :
1. Menurut Myer dalam bukunya Financial Statement Analysis mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah : “Dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan)” (S. Munawir, 1995).
2. Dalam Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta 1974) dikatakan bahwa laporan keuangan ialah neraca dan perhitungan rugi laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain laporan sumber dan penggunaan dana-dana.
3. Menurut Miswanto dan Eko Widodo (1998) laporan keuangan merupakan media informasi yang digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan untuk melaporkan keadaan dan posisi keuangannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama bagi pihak kreditur, investor dan pihak manajemen dari perusahaan itu sendiri.
Laporan Keuangan bersifat historis serta menyeluruh, yaitu dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (Progress Report) secara periodik yang dilakukan pihak management yang bersangkutan. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil (S. Munawir, 1995).
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2001), tujuan utama Laporan Keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomis. Para pemakai laporan akan mengunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Seandainya nilai uang tidak stabil, hal ini harus dijelaskan dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila yang dilaporkan tidak saja aspek kuantatif, tapi juga mencakup penjelasan-penjelasan lainnya yang dirasa perlu. Dan informasi ini harus faktual dan dapat diukur secara objektif. Komite Trueblood merumuskan tujuan laporan keuangan sebagai berikut :
1. Pemakai Laporan Keuangan, tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
2. Pemakai Umum, tujuan laporan keuangan adalah melayani pemakai umum yang memiliki wewenang, kemampuan atau sumber kekayaan yang terbatas untuk mendapatkan informasi dan yang meyakini laporan keuangan sebagai sumber informasi utama mengenai aktivitas perusahaan.
3. Pemakai Lain, tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai potensi arus kas menurut jumlah, waktu dan dengan memperhatikan ketidakpastian lainnya.
4. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning power” (kemampuan mendapatkan laba) perusahaan.
5. Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna dalam menilai kemampuan manajemen menggunakan sumber kekayaan perusahaan secara efektif dalam mencapai tujuan utama perusahaan.
6. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang faktual dan yang dapat ditafsirkan tentang transaksi dan kejadian lainnya yang berguna untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning power” perusahaan.
7. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan laporan tentang posisi keuangan yang berguna untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning power” perusahaan.
8. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan laporan laba periodik yang berguna untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning power” perusahaan.
9. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan laporan kegiatan yang berguna untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning power” perusahaan.
10. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk proses peramalan.
11. Tujuan laporan keuangan bagi lembaga pemerintah dan lembaga yang bukan bertujuan untuk mendapat laba adalah memberikan informasi yang berguna untuk menilai efektivitas dari manajemen dan sumber-sumber kekayaan dalam mencapai tujan perusahaan.
12. Tujuan laporan keuangan adalah menyajikan kegiatan perusahaan yang mempengaruhi masyarakat yang dapat ditentukan, dijelaskan atau diukur dan merupakan hal yang penting bagi peranan perusahaan dalam lingkungannya.
Tujuan laporan keuangan dalam Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1984 adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi netto (sumber dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari aktivitas-aktivitas dalam memperoleh laba.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam sumber-sumber dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas penanaman modal.
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
Informasi keuangan yang disebutkan didalam tujuan diatas akan bermanfaat bila dipenuhi ketujuh kualitas berikut :
1. Relevan, relevensi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para pangambil keputusan, informasi demikian tidak akan ada gunanya, meskipun kualitas-kualitas lainnya terpenuhi.
2. Dapat dimengerti, informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai.
3. Daya uji, informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.
4. Netral, informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu.
5. Tepat waktu, informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
6. Daya banding, informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama.
7. Lengkap, informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif (karakteristik) diatas, dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam pelaporan keuangan.
2.1.3 Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan sebenarnya banyak, namun laporan keuangan menurut SAK hanya tiga, yaitu :
1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu.
2. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, dan laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.
3. Laporan arus kas. Di sini dimuat sumber dan pengeluaran kas perusahaan selama satu periode.
Beberapa macam laporan keuangan menurut Kasmir (2010), yaitu :
1. Neraca, merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu. Artinya, dari suatu neraca akan tergambar beberapa jumlah harta, kewajiban, dan modal suatu perusahaan. Pembuatan neraca biasanya dibuat secara periode tertentu (tahunan). Akan tetapi pemilik atau manajemen dapat pula meminta laporan neraca sesuai kebutuhan untuk mengetahui secara persis berapa harta, utang, dan modal yang dimilikinya pada saat tertentu. Dalam neraca disajikan berbagai informasi yang berkaitan dengan komponen yang ada dineraca, yaitu meliputi :
• Jenis-jenis aktiva atau harta (assets) yang dimiliki
• Jumlah rupiah masing-masing jenis aktiva
• Jenis-jenis kewajiban atau utang (liability)
• Jumlah rupiah masing-masing jenis kewajiban atau utang
• Jenis-jenis modal (equity)
• Serta jumlah rupiah masing-masing jenis modal
2. Laporan laba rugi, menunjukan kondisi usaha suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Artinya, laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang telah dikeluarkan, sehingga dapat diketahui, perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. Adapun informasi yang disajikan perusahaan dalam laporan laba rugi meliputi :
• Jenis-jenis pendapatan (penjualan) yang diperoleh dalam suatu periode
• Jumlah rupiah dari masing-masing jenis pendapatan
• Jumlah keseluruhan pendapatan
• Jenis-jenis biaya atau beban dalam suatu periode
• Jumlah rupiah masing-masing biaya atau beban yang dikeluarkan dan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan
• Hasil usaha yang diperoleh dengan mengurangi jumlah pendapatan dan biaya. Selisih ini disebut laba atau rugi
3. Laporan perubahan modal, merupakan laporan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Kemudian laporan ini juga menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal. Informasi yang diberikan dalam laporan perubahan modal meliputi :
• Jenis-jenis dan jumlah modal yang ada saat ini
• Jumlah rupiah tiap jenis modal
• Jumlah rupiah modal yang berubah
• Sebab-sebab berubahnya modal
• Jumlah rupiah modal sesudah perubahan
4. Laporan catatan atas laporan keuangan, merupakan laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya agar pengguna laporan keuangan menjadi jelas akan data yang disajikan.
5. Laporan arus kas, merupakan laporan keuangan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain. Adapun arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat untuk periode tertentu.
2.2 Analisis Ratio Keuangan
Analisis ratio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut (S. Munawir, 1995). Berdasarkan sumber datanya maka angka ratio dapat dibedakan menjadi :
1. Ratio-ratio Neraca (Balance Sheet Ratio) yang tergolong dalam kategori ini adalah semua ratio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio, acid test ratio.
2. Ratio-ratio Laporan laba-rugi (Income Statement Ratio) yaitu ratio yang dalam penyusunan semua datanya diambil dari laporan laba-rugi, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio dan lain sebagainya.
3. Ratio-ratio Antara Laporan (Interstatement Ratio) ialah semua angka ratio yang dalam penyusunan datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan laba-rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan (Inventory Turn Over), tingkat perputaran piutang (Account Receivable Turn Over), Sales to Inventory, Sales to Fixed Assets dan lain sebagainya.
Menurut Kasmir (2010), dalam praktiknya terdapat beberapa macam jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Berikut ini jenis-jenis rasio keuangan, yaitu :
1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Solvabilitas (Leverage)
3. Rasio Aktivitas
4. Rasio Profitabilitas
5. Rasio Pertumbuhan
6. Rasio Penilaian
2.2.1 Rasio Likuiditas
Fred Weston, menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari :
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Rumus :
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Kita dapat mengetahui suatu perusahaan berkembang atau tidaknya dengan cara melihat kondisi keuangannya, sedangkan kondisi keuangan itu sendiri dapat dilihat dari laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan tersebut. Adapun pengertian laporan keuangan itu sendiri menurut beberapa pakar ekonomi adalah sebagai berikut :
1. Menurut Myer dalam bukunya Financial Statement Analysis mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah : “Dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan)” (S. Munawir, 1995).
2. Dalam Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta 1974) dikatakan bahwa laporan keuangan ialah neraca dan perhitungan rugi laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain laporan sumber dan penggunaan dana-dana.
3. Menurut Miswanto dan Eko Widodo (1998) laporan keuangan merupakan media informasi yang digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan untuk melaporkan keadaan dan posisi keuangannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama bagi pihak kreditur, investor dan pihak manajemen dari perusahaan itu sendiri.
Laporan Keuangan bersifat historis serta menyeluruh, yaitu dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (Progress Report) secara periodik yang dilakukan pihak management yang bersangkutan. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil (S. Munawir, 1995).
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2001), tujuan utama Laporan Keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomis. Para pemakai laporan akan mengunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Seandainya nilai uang tidak stabil, hal ini harus dijelaskan dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila yang dilaporkan tidak saja aspek kuantatif, tapi juga mencakup penjelasan-penjelasan lainnya yang dirasa perlu. Dan informasi ini harus faktual dan dapat diukur secara objektif. Komite Trueblood merumuskan tujuan laporan keuangan sebagai berikut :
1. Pemakai Laporan Keuangan, tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
2. Pemakai Umum, tujuan laporan keuangan adalah melayani pemakai umum yang memiliki wewenang, kemampuan atau sumber kekayaan yang terbatas untuk mendapatkan informasi dan yang meyakini laporan keuangan sebagai sumber informasi utama mengenai aktivitas perusahaan.
3. Pemakai Lain, tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai potensi arus kas menurut jumlah, waktu dan dengan memperhatikan ketidakpastian lainnya.
4. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning power” (kemampuan mendapatkan laba) perusahaan.
5. Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna dalam menilai kemampuan manajemen menggunakan sumber kekayaan perusahaan secara efektif dalam mencapai tujuan utama perusahaan.
6. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang faktual dan yang dapat ditafsirkan tentang transaksi dan kejadian lainnya yang berguna untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning power” perusahaan.
7. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan laporan tentang posisi keuangan yang berguna untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning power” perusahaan.
8. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan laporan laba periodik yang berguna untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning power” perusahaan.
9. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan laporan kegiatan yang berguna untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning power” perusahaan.
10. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk proses peramalan.
11. Tujuan laporan keuangan bagi lembaga pemerintah dan lembaga yang bukan bertujuan untuk mendapat laba adalah memberikan informasi yang berguna untuk menilai efektivitas dari manajemen dan sumber-sumber kekayaan dalam mencapai tujan perusahaan.
12. Tujuan laporan keuangan adalah menyajikan kegiatan perusahaan yang mempengaruhi masyarakat yang dapat ditentukan, dijelaskan atau diukur dan merupakan hal yang penting bagi peranan perusahaan dalam lingkungannya.
Tujuan laporan keuangan dalam Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1984 adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi netto (sumber dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari aktivitas-aktivitas dalam memperoleh laba.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam sumber-sumber dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas penanaman modal.
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
Informasi keuangan yang disebutkan didalam tujuan diatas akan bermanfaat bila dipenuhi ketujuh kualitas berikut :
1. Relevan, relevensi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para pangambil keputusan, informasi demikian tidak akan ada gunanya, meskipun kualitas-kualitas lainnya terpenuhi.
2. Dapat dimengerti, informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai.
3. Daya uji, informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.
4. Netral, informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu.
5. Tepat waktu, informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
6. Daya banding, informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama.
7. Lengkap, informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif (karakteristik) diatas, dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam pelaporan keuangan.
2.1.3 Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan sebenarnya banyak, namun laporan keuangan menurut SAK hanya tiga, yaitu :
1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu.
2. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, dan laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.
3. Laporan arus kas. Di sini dimuat sumber dan pengeluaran kas perusahaan selama satu periode.
Beberapa macam laporan keuangan menurut Kasmir (2010), yaitu :
1. Neraca, merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu. Artinya, dari suatu neraca akan tergambar beberapa jumlah harta, kewajiban, dan modal suatu perusahaan. Pembuatan neraca biasanya dibuat secara periode tertentu (tahunan). Akan tetapi pemilik atau manajemen dapat pula meminta laporan neraca sesuai kebutuhan untuk mengetahui secara persis berapa harta, utang, dan modal yang dimilikinya pada saat tertentu. Dalam neraca disajikan berbagai informasi yang berkaitan dengan komponen yang ada dineraca, yaitu meliputi :
• Jenis-jenis aktiva atau harta (assets) yang dimiliki
• Jumlah rupiah masing-masing jenis aktiva
• Jenis-jenis kewajiban atau utang (liability)
• Jumlah rupiah masing-masing jenis kewajiban atau utang
• Jenis-jenis modal (equity)
• Serta jumlah rupiah masing-masing jenis modal
2. Laporan laba rugi, menunjukan kondisi usaha suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Artinya, laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang telah dikeluarkan, sehingga dapat diketahui, perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. Adapun informasi yang disajikan perusahaan dalam laporan laba rugi meliputi :
• Jenis-jenis pendapatan (penjualan) yang diperoleh dalam suatu periode
• Jumlah rupiah dari masing-masing jenis pendapatan
• Jumlah keseluruhan pendapatan
• Jenis-jenis biaya atau beban dalam suatu periode
• Jumlah rupiah masing-masing biaya atau beban yang dikeluarkan dan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan
• Hasil usaha yang diperoleh dengan mengurangi jumlah pendapatan dan biaya. Selisih ini disebut laba atau rugi
3. Laporan perubahan modal, merupakan laporan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Kemudian laporan ini juga menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal. Informasi yang diberikan dalam laporan perubahan modal meliputi :
• Jenis-jenis dan jumlah modal yang ada saat ini
• Jumlah rupiah tiap jenis modal
• Jumlah rupiah modal yang berubah
• Sebab-sebab berubahnya modal
• Jumlah rupiah modal sesudah perubahan
4. Laporan catatan atas laporan keuangan, merupakan laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya agar pengguna laporan keuangan menjadi jelas akan data yang disajikan.
5. Laporan arus kas, merupakan laporan keuangan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain. Adapun arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat untuk periode tertentu.
2.2 Analisis Ratio Keuangan
Analisis ratio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut (S. Munawir, 1995). Berdasarkan sumber datanya maka angka ratio dapat dibedakan menjadi :
1. Ratio-ratio Neraca (Balance Sheet Ratio) yang tergolong dalam kategori ini adalah semua ratio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio, acid test ratio.
2. Ratio-ratio Laporan laba-rugi (Income Statement Ratio) yaitu ratio yang dalam penyusunan semua datanya diambil dari laporan laba-rugi, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio dan lain sebagainya.
3. Ratio-ratio Antara Laporan (Interstatement Ratio) ialah semua angka ratio yang dalam penyusunan datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan laba-rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan (Inventory Turn Over), tingkat perputaran piutang (Account Receivable Turn Over), Sales to Inventory, Sales to Fixed Assets dan lain sebagainya.
Menurut Kasmir (2010), dalam praktiknya terdapat beberapa macam jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Berikut ini jenis-jenis rasio keuangan, yaitu :
1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Solvabilitas (Leverage)
3. Rasio Aktivitas
4. Rasio Profitabilitas
5. Rasio Pertumbuhan
6. Rasio Penilaian
2.2.1 Rasio Likuiditas
Fred Weston, menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari :
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Rumus :
2. Rasio sangat Lancar (Quick Ratio)
Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Artinya nilai sediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Rumus :
Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Artinya nilai sediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Rumus :
3. Rasio Kas (Cash Ratio)
Cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan yang ada di bank (yang dapat ditarik setiap saat menggunakan kartu ATM). Dapat dikatakan rasio ini menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Rumus :
Cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan yang ada di bank (yang dapat ditarik setiap saat menggunakan kartu ATM). Dapat dikatakan rasio ini menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Rumus :
4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover)
Cash turnover menurut James O. Gill, digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Rumus :
Cash turnover menurut James O. Gill, digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Rumus :
5. Inventory to Net Working Capital
Inventory to net working capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar.
2.2.2 Rasio Solvabilitas (Leverage)
Rasio solvabilitas atau leverage ratio, merupakan rasio yang digunkan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, beberapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun janka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
Adapun jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain :
1. Debt to Total Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt to total asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengauh terhadap pengelolaan aktiva. Caranya adalah dengan membandingkan antara total utang dengan total aktiva. Rumus :
Inventory to net working capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar.
2.2.2 Rasio Solvabilitas (Leverage)
Rasio solvabilitas atau leverage ratio, merupakan rasio yang digunkan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, beberapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun janka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
Adapun jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain :
1. Debt to Total Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt to total asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengauh terhadap pengelolaan aktiva. Caranya adalah dengan membandingkan antara total utang dengan total aktiva. Rumus :
2. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan, dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Rumus :
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan, dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Rumus :
3. Long Term Debt to Equity Ratio
Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rumus :
Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rumus :
4. Times Interest Earned
Times interest earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga (J. Fred Weston). Rasio ini diartikan juga kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga, sama seperti coverage ratio (menurut James C. Van Horne). Rumus :
Times interest earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga (J. Fred Weston). Rasio ini diartikan juga kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga, sama seperti coverage ratio (menurut James C. Van Horne). Rumus :
5. Fixed Charge Coverage
Fixed Charge Coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang menyerupai rasio Times interest earned. Hanya saja bedanya dalam rasio ini dilakukan, apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang. Rumus :
Fixed Charge Coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang menyerupai rasio Times interest earned. Hanya saja bedanya dalam rasio ini dilakukan, apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang. Rumus :
2.2.3 Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya dibidang penjualan, sediaan, penagihan, piutang, dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Jenis-jenis rasio aktvitas yang dirangkum dari beberapa ahli keuangan, yaitu :
1. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Receivable Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Makin tinggi rasio menunjukan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang makin rendah (bandingkan dengan rasio tahunan sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan makin baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah, maka ada over investmen dalam piutang. Rumus :
Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya dibidang penjualan, sediaan, penagihan, piutang, dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Jenis-jenis rasio aktvitas yang dirangkum dari beberapa ahli keuangan, yaitu :
1. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Receivable Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Makin tinggi rasio menunjukan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang makin rendah (bandingkan dengan rasio tahunan sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan makin baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah, maka ada over investmen dalam piutang. Rumus :
2. Hari Rata-rata Penagihan Piutang (Days of Receivable)
Bagi perbankan yang akan memberikan kredit, perlu juga menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable). Hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari piutang (berapa hari) tersebut rata-rata tidak dapat ditagih dan rasio ini juga sering disebut days sales uncollected. Rumus :
Bagi perbankan yang akan memberikan kredit, perlu juga menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable). Hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari piutang (berapa hari) tersebut rata-rata tidak dapat ditagih dan rasio ini juga sering disebut days sales uncollected. Rumus :
3. Perputaran Sedian (Inventory Turnover)
Inventory turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode. Dapat diartikan pula bahwa perputaran sediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun. Makin kecil rasio ini, maka semakin jelek, begitu pula sebaliknya. Rumus :
Inventory turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode. Dapat diartikan pula bahwa perputaran sediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun. Makin kecil rasio ini, maka semakin jelek, begitu pula sebaliknya. Rumus :
4. Hari Rata-rata Penagihan Sediaan (Days of Inventory)
5. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)
Working capital turnover merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama satu periode atau dalam suatu periode. Untuk mengukur rasio ini kita membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata. Rumus :
5. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)
Working capital turnover merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama satu periode atau dalam suatu periode. Untuk mengukur rasio ini kita membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata. Rumus :
6. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assetss Turnover)
Fixed assetss turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Untuk mencari rasio ini caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode. Rumus :
Fixed assetss turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Untuk mencari rasio ini caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode. Rumus :
7. Perputaran Aktiva (Assetss Turnover)
Assetss turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
2.2.4 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa penggunaa rasio ini menujukan efisiensi perusahaan.
Jenis-jenis rasio profitabilitas sebagai berikut :
1. Profit Margin (Profit Margin on Sales)
Profit margin on sales atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Untuk mengukur rasio ini adalah dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih.
a. Untuk margin laba kotor, menunjukkan bahwa laba yang relatif terhadap perusahaan, dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Rasio ini merupakan cara untuk penetapan harga pokok penjualan. Rumus :
Assetss turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
2.2.4 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa penggunaa rasio ini menujukan efisiensi perusahaan.
Jenis-jenis rasio profitabilitas sebagai berikut :
1. Profit Margin (Profit Margin on Sales)
Profit margin on sales atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Untuk mengukur rasio ini adalah dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih.
a. Untuk margin laba kotor, menunjukkan bahwa laba yang relatif terhadap perusahaan, dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Rasio ini merupakan cara untuk penetapan harga pokok penjualan. Rumus :
b. Untuk margin laba bersih, merupakan
ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan
pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan
bersih perusahaan atas penjualan. Rumus :
2. Return on Investment (ROI)
Hasil pengembalian investasi atau lebih sering dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) atau Return on Total Assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Rumus :
Hasil pengembalian investasi atau lebih sering dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) atau Return on Total Assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Rumus :
3. Return on Equity (ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau Return on Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Makin tinggi rasio ini, maka semakin baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan makin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus :
Hasil pengembalian ekuitas atau Return on Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Makin tinggi rasio ini, maka semakin baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan makin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus :
4. Laba Per Lembar Saham (Earnings Per Share)
Earnings per share atau disebut juga rasio nilai buku, merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil unuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan resiko yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham meningkat dengan pengertian lain, bahwa tingkat pengembalian yang tinggi. Rumus :
Earnings per share atau disebut juga rasio nilai buku, merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil unuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan resiko yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham meningkat dengan pengertian lain, bahwa tingkat pengembalian yang tinggi. Rumus :
5. Return on Asset (ROA)
Menurut Bambang (1997), Return on Asset adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan. Pengukuran kinerja dengan Return on Asset menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. Untuk mengukur rasio ini adalah dengan cara membandingkan antara laba sebelum pajak dengan total aktiva perusahaan. Rumus :
Menurut Bambang (1997), Return on Asset adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan. Pengukuran kinerja dengan Return on Asset menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. Untuk mengukur rasio ini adalah dengan cara membandingkan antara laba sebelum pajak dengan total aktiva perusahaan. Rumus :
2.2.5 Rasio Pertumbuhan
Rasio Pertumbuhan atau Growth Ratio, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Dalam rasio yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba bersih, pertumbuhan pendapatan per saham, dan petumbuhan dividen per saham.
Rasio Pertumbuhan atau Growth Ratio, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Dalam rasio yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba bersih, pertumbuhan pendapatan per saham, dan petumbuhan dividen per saham.
2.2.6 Rasio Penilaian
Rasio Penilaian (Valuation Ratio) merupakan rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi, seperti :
1. Rasio harga saham terhadap pendapatan
2. Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku
Rasio Penilaian (Valuation Ratio) merupakan rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi, seperti :
1. Rasio harga saham terhadap pendapatan
2. Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3.1 Profil Volkswagen
The Volkswagen Group adalah sebuah grup korporasi dari Jerman, yang merupakan salah satu grup produsen mobil nomor 3 di dunia, setelah Toyota Motor Corporation dan General Motors. Pasar utama perusahaan ini adalah Eropa, dan anak perusahaan Grup Volkswagen memiliki merek-merek mobil terkenal, seperti Volkswagen, Audi, Bentley, Bugatti, Ducati, Škoda Auto, Lamborghini, SEAT, Porsche, MAN SE, dan Scania AB.
Pasar kedua terbesar Volkswagen adalah Republik Rakyat Tiongkok di mana anak perusahaannya, Grup Volkswagen Tiongkok adalah pembuat mobil asing terbesar. Perusahaan ini berawal dari perusahaan Jerman yang didirikan pada 1937 sebagi perhatian publik yang pada pemerintahan Nazi mencoba menjual mobil yang serkarang melegenda VW Kodok. Setelah Perang Dunia II di 1945, tentara Britania mengambil alih pabrik yang terkena bom dan memulai produksi Beetle lagi selama masa pasca-perang yang sulit, yang harus dihadapi Jerman. Pada 1948, Pemerintah Britania menyerahkan perusahaan ini kembali ke Jerman, di mana perusahaan ini diatur oleh bekas kepala Opel, Heinrich Nordhoff.
Pada 2013, Grup meningkatkan jumlah kendaraan dikirim ke pelanggan untuk 9.731.000 (2012: 9.276.000), sesuai dengan pangsa 12,8 persen dari pasar mobil penumpang di dunia. Di Eropa Barat, hampir satu dari empat mobil baru (24,8 persen) dibuat oleh Volkswagen Group. Pendapatan penjualan Grup pada tahun 2013 mencapai € 197.000.000.000 (2012: € 193000000000), sedangkan laba setelah pajak sebesar € 9300000000 (2012: € 21900000000).
The Volkswagen Group adalah sebuah grup korporasi dari Jerman, yang merupakan salah satu grup produsen mobil nomor 3 di dunia, setelah Toyota Motor Corporation dan General Motors. Pasar utama perusahaan ini adalah Eropa, dan anak perusahaan Grup Volkswagen memiliki merek-merek mobil terkenal, seperti Volkswagen, Audi, Bentley, Bugatti, Ducati, Škoda Auto, Lamborghini, SEAT, Porsche, MAN SE, dan Scania AB.
Pasar kedua terbesar Volkswagen adalah Republik Rakyat Tiongkok di mana anak perusahaannya, Grup Volkswagen Tiongkok adalah pembuat mobil asing terbesar. Perusahaan ini berawal dari perusahaan Jerman yang didirikan pada 1937 sebagi perhatian publik yang pada pemerintahan Nazi mencoba menjual mobil yang serkarang melegenda VW Kodok. Setelah Perang Dunia II di 1945, tentara Britania mengambil alih pabrik yang terkena bom dan memulai produksi Beetle lagi selama masa pasca-perang yang sulit, yang harus dihadapi Jerman. Pada 1948, Pemerintah Britania menyerahkan perusahaan ini kembali ke Jerman, di mana perusahaan ini diatur oleh bekas kepala Opel, Heinrich Nordhoff.
Pada 2013, Grup meningkatkan jumlah kendaraan dikirim ke pelanggan untuk 9.731.000 (2012: 9.276.000), sesuai dengan pangsa 12,8 persen dari pasar mobil penumpang di dunia. Di Eropa Barat, hampir satu dari empat mobil baru (24,8 persen) dibuat oleh Volkswagen Group. Pendapatan penjualan Grup pada tahun 2013 mencapai € 197.000.000.000 (2012: € 193000000000), sedangkan laba setelah pajak sebesar € 9300000000 (2012: € 21900000000).
Grup terdiri dari dua belas merek dari
tujuh negara Eropa: Volkswagen Passenger Cars, Audi, SEAT, Skoda,
Bentley, Bugatti, Lamborghini, Porsche, Ducati, Volkswagen Commercial
Vehicles, Scania dan MAN. Setiap merek memiliki karakter sendiri dan
beroperasi sebagai entitas independen di pasar. Spektrum produk berkisar
dari sepeda motor ke-konsumsi rendah mobil kecil dan kendaraan mewah.
Di sektor kendaraan komersial, termasuk produk berkisar dari pick-up,
bus dan truk berat.
The Volkswagen Group juga aktif dalam
bidang bisnis lainnya, manufaktur mesin diesel besar-menanggung untuk
aplikasi laut dan stasioner (pembangkit listrik turnkey), turbocharger,
turbomachinery (uap dan gas turbin), kompresor dan reaktor kimia. Hal
ini juga menghasilkan transmisi kendaraan, unit gigi khusus untuk turbin
angin, bantalan slide dan kopling serta sistem pengujian untuk sektor
mobilitas. Selain itu, Volkswagen Group menawarkan berbagai jasa
keuangan, termasuk agen dan pembiayaan konsumen, sewa guna usaha,
kegiatan perbankan dan asuransi, dan manajemen armada.
3.2 Analisis Laporan Volkswagen
1. Current Ratio
Current Rasio merupakan perbandingan antara aset lancar pada neraca perusahaan terhadap kewajiban lancarnya. Analisa ini termasuk dalam analisa likuiditas, yang tujuannya mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancarnya.
CR = Current Asset / Current Liabilities
Current Ratio merupakan rasio likuiditas. Current Ratio yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Rasio ini paling sering digunakan untuk mengukur kemampuan membayar hutang jangka pendek total, karena mununjukkan seberapa besar tuntutan kreditur jangka pendek yang dapat dipenuhi oleh aktiva yang diharapkan dapat menjadi kas dalam periode yang hampir sama dengan masa jatuh tempo tuntutan tersebut.
Aset lancar dapat digunakan untuk membayar/ memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan. Aset lancar terdiri dari apa saja? Biasanya berupa Kas dan Rekening Bank, Piutang, Persediaan atau investasi jangka pendek pada saham perusahaan lain. Intinya adalah semua pos dalam neraca perusahaan yang dapat segera dijadikan uang untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya.
Apa saja yang termasuk kewajiban jangka pendek perusahaan? Ya bisa berupa hutang bank jangka pendek (angsuran kredit), hutang dagang kepada suppliernya (pembelian dengan kredit), hutang pajak, hutang gaji karyawan (perkiraan pembayaran gaji karyawan bulan berikutnya dari laporan keuangan).
Pada perusahaan Volkswagen di tahun 2012 diketahui sebagai berikut :
Aktiva Lancar 113061
CR = = = 1,07
Hutang Lancar 105.513
1. Current Ratio
Current Rasio merupakan perbandingan antara aset lancar pada neraca perusahaan terhadap kewajiban lancarnya. Analisa ini termasuk dalam analisa likuiditas, yang tujuannya mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancarnya.
CR = Current Asset / Current Liabilities
Current Ratio merupakan rasio likuiditas. Current Ratio yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Rasio ini paling sering digunakan untuk mengukur kemampuan membayar hutang jangka pendek total, karena mununjukkan seberapa besar tuntutan kreditur jangka pendek yang dapat dipenuhi oleh aktiva yang diharapkan dapat menjadi kas dalam periode yang hampir sama dengan masa jatuh tempo tuntutan tersebut.
Aset lancar dapat digunakan untuk membayar/ memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan. Aset lancar terdiri dari apa saja? Biasanya berupa Kas dan Rekening Bank, Piutang, Persediaan atau investasi jangka pendek pada saham perusahaan lain. Intinya adalah semua pos dalam neraca perusahaan yang dapat segera dijadikan uang untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya.
Apa saja yang termasuk kewajiban jangka pendek perusahaan? Ya bisa berupa hutang bank jangka pendek (angsuran kredit), hutang dagang kepada suppliernya (pembelian dengan kredit), hutang pajak, hutang gaji karyawan (perkiraan pembayaran gaji karyawan bulan berikutnya dari laporan keuangan).
Pada perusahaan Volkswagen di tahun 2012 diketahui sebagai berikut :
Aktiva Lancar 113061
CR = = = 1,07
Hutang Lancar 105.513
Current Ratio sebesar 1,07 yang artinya, setiap € 1 hutang lancar yang segera jatuh tempo, dijamin oleh € 1,07 aktiva lancar.
Current Rasio harus > 1 karena current rasio < 1 menunjukkan perusahaan tidak memiliki aset yang dapat segera dijadikan uang untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Tentu hal ini berdampak terhadap bisnis perusahaan. Bisa saja supplier tidak mau lagi memasok barang dimasa yang akan datang, atau karyawan kecewa karena gajian yang tertunda. Meskipun demikian, memelihara current rasio terlalu tinggi juga bukan hal yang disarankan, karena biasanya tidak efisien.
2. Debt to Equity Ratio (DER)
DER = Total Debt / Total Equity
Rasio ini menunjukkan seberapa besar porsi pendanaan perusahaan yang berasal dari hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Analisa rasio ini termasuk dalam analisa Leverage. Agak susah mencari padanan kata “leverage” dalam bahasa Indonesia. Beberapa buku menterjemahkan sebagai rasio pengungkit. Ya, intinya bagaimana aset perusahaan ‘diungkit’ ke posisi yang lebih baik, apakah melalui hutang atau modal sendiri.
Yang termasuk komponen hutang dalam analisa rasio ini apa saja? Semuanya, mau hutang jangka panjang atau jangka pendek. Tapi tidak termasuk sebagai komponen hutang apabila ada hutang kepada pemegang saham yang diperlakukan sebagai Sub-Ordinated Loan (SOL), yang dalam kondisi default/bangkrut, dilunasi belakangan dibandingkan hutang ke pihak lain.
Semakin besar rasio ini maka semakin tidak menguntungkan bagi para kreditur, karena jaminan modal pemilik terhadap utang semakin kecil. Rasio di atas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besar daripada modal pemilik, walaupun terdapat kemungkinan terbayar utang dengan menggunakan laba operasi perusahaan yang ada (Miswanto dan Eko Widodo, 1998).
Pada perusahaan Volkswagen di tahun 2012 diketahui sebagai berikut :
Total Hutang 227.819
DER = = = € 2,78 = 278%
Total Modal Sendiri 81.825
Current Rasio harus > 1 karena current rasio < 1 menunjukkan perusahaan tidak memiliki aset yang dapat segera dijadikan uang untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Tentu hal ini berdampak terhadap bisnis perusahaan. Bisa saja supplier tidak mau lagi memasok barang dimasa yang akan datang, atau karyawan kecewa karena gajian yang tertunda. Meskipun demikian, memelihara current rasio terlalu tinggi juga bukan hal yang disarankan, karena biasanya tidak efisien.
2. Debt to Equity Ratio (DER)
DER = Total Debt / Total Equity
Rasio ini menunjukkan seberapa besar porsi pendanaan perusahaan yang berasal dari hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Analisa rasio ini termasuk dalam analisa Leverage. Agak susah mencari padanan kata “leverage” dalam bahasa Indonesia. Beberapa buku menterjemahkan sebagai rasio pengungkit. Ya, intinya bagaimana aset perusahaan ‘diungkit’ ke posisi yang lebih baik, apakah melalui hutang atau modal sendiri.
Yang termasuk komponen hutang dalam analisa rasio ini apa saja? Semuanya, mau hutang jangka panjang atau jangka pendek. Tapi tidak termasuk sebagai komponen hutang apabila ada hutang kepada pemegang saham yang diperlakukan sebagai Sub-Ordinated Loan (SOL), yang dalam kondisi default/bangkrut, dilunasi belakangan dibandingkan hutang ke pihak lain.
Semakin besar rasio ini maka semakin tidak menguntungkan bagi para kreditur, karena jaminan modal pemilik terhadap utang semakin kecil. Rasio di atas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besar daripada modal pemilik, walaupun terdapat kemungkinan terbayar utang dengan menggunakan laba operasi perusahaan yang ada (Miswanto dan Eko Widodo, 1998).
Pada perusahaan Volkswagen di tahun 2012 diketahui sebagai berikut :
Total Hutang 227.819
DER = = = € 2,78 = 278%
Total Modal Sendiri 81.825
Rasio sebesar 278% yang berarti jumlah hutang sangat besar melebihi modal pemilik.
Dalam perbankan, analisa DER akan memperlihatkan bagaimana selama ini perusahaan nasabah membiayai usahanya, apakah dengan modal sendiri atau dengan hutang. Kalau kebanyakan hutang, dikhawatirkan perusahaan akan kesulitan memenuhi kewajibannya kepada bank dimasa yang akan datang. Seberapa besar perbandingan hutang terhadap modal? Umumnya hutang 2x lebih banyak dibandingkan modal (DER=2) adalah patokan umum yang ideal untuk berbagai perusahaan.
3. Return on Asset (ROA)
Return on Asset adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis. Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai asetnya. ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan (Bambang R, 1997).
ROA = Profit after tax / Total assets
Menurut Harahap (2009), semakin besar rasionya semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan laba. Return On Assets (ROA) merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan (aset yang dimilikinya) untuk mendapatkan laba. Return On Assets (ROA) menjadi salah satu pertimbangan investor di dalam melakukan investasi terhadap saham di bursa saham. Tingkat profitabilitas merupakan informasi tingkat keuntungan yang dicapai atau informasi mengenai efektifitas operasional perusahaan.
Pada perusahaan Volkswagen di tahun 2012 diketahui sebagai berikut :
Laba setelah pajak 21.884
ROA = = = € 0,07
Total aktiva 309.664
Dalam perbankan, analisa DER akan memperlihatkan bagaimana selama ini perusahaan nasabah membiayai usahanya, apakah dengan modal sendiri atau dengan hutang. Kalau kebanyakan hutang, dikhawatirkan perusahaan akan kesulitan memenuhi kewajibannya kepada bank dimasa yang akan datang. Seberapa besar perbandingan hutang terhadap modal? Umumnya hutang 2x lebih banyak dibandingkan modal (DER=2) adalah patokan umum yang ideal untuk berbagai perusahaan.
3. Return on Asset (ROA)
Return on Asset adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis. Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai asetnya. ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan (Bambang R, 1997).
ROA = Profit after tax / Total assets
Menurut Harahap (2009), semakin besar rasionya semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan laba. Return On Assets (ROA) merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan (aset yang dimilikinya) untuk mendapatkan laba. Return On Assets (ROA) menjadi salah satu pertimbangan investor di dalam melakukan investasi terhadap saham di bursa saham. Tingkat profitabilitas merupakan informasi tingkat keuntungan yang dicapai atau informasi mengenai efektifitas operasional perusahaan.
Pada perusahaan Volkswagen di tahun 2012 diketahui sebagai berikut :
Laba setelah pajak 21.884
ROA = = = € 0,07
Total aktiva 309.664
Return on Asset tahun 2012 sebesar 0,07
artinya setiap € 1 dalam penggunaan aktivanya akan menghasilkan
keuntungan sebesar € 0,07.
Menurut surat ketetapan BI No.23/67/KEP/DIR nilai batas minimal ROA adalah 1%. Jika nilai ROA berada dibawah 1% maka perusahaan berada di zona tidak aman. Jadi perusahaan ini berada pada zona tidak aman
Return On Asses (ROA) yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika ROA negatif menunjukan toal aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan/rugi.
Menurut surat ketetapan BI No.23/67/KEP/DIR nilai batas minimal ROA adalah 1%. Jika nilai ROA berada dibawah 1% maka perusahaan berada di zona tidak aman. Jadi perusahaan ini berada pada zona tidak aman
Return On Asses (ROA) yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika ROA negatif menunjukan toal aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan/rugi.
BAB IV
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dari hasil laporan keuangan yang telah
dilakukan, berikut adalah kesimpulan dari analisa yang menggunakan
Current Ratio, Retrun on Assets dan Debt to Equity Ratio pada Volkswagen
Group. Current Ratio sebesar 1,07 yang artinya, setiap € 1 hutang
lancar yang segera jatuh tempo, dijamin oleh € 1,07 aktiva lancar. Hal
ini menunjukkan perusahaan memiliki aset yang dapat segera dijadikan
uang untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Debt to Equity Rasio sebesar 2,78 atau 278% yang berarti jumlah hutang sangat besar melebihi modal pemilik. Hal ini sangat berbahaya bagi para kreditur Volkswagen karena jumlah utang lebih besar daripada modal pemilik, walaupun terdapat kemungkinan terbayar utang dengan menggunakan laba operasi perusahaan yang ada.
Return on Asset tahun 2012 sebesar 0,07 yang berarti setiap € 1 dalam penggunaan aktivanya akan menghasilkan keuntungan sebesar € 0,07. Karena nilai ROA < 1 maka perusahaan ini berada pada zona tidak aman atau mengalami kerugian.
Debt to Equity Rasio sebesar 2,78 atau 278% yang berarti jumlah hutang sangat besar melebihi modal pemilik. Hal ini sangat berbahaya bagi para kreditur Volkswagen karena jumlah utang lebih besar daripada modal pemilik, walaupun terdapat kemungkinan terbayar utang dengan menggunakan laba operasi perusahaan yang ada.
Return on Asset tahun 2012 sebesar 0,07 yang berarti setiap € 1 dalam penggunaan aktivanya akan menghasilkan keuntungan sebesar € 0,07. Karena nilai ROA < 1 maka perusahaan ini berada pada zona tidak aman atau mengalami kerugian.
DAFTAR PUSTAKA
S. Munawir. 1995. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Empat. Yogyakarta: Liberty.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.